Satu Abad Animasi Dunia
Resensi buku “The World History of animation” by Stephen Cavalier
Penerbit: University of California Press
… A long with improvement in the motion picture camera, and the development of all root film capable of surviving the fresh mechanism for projecting this images, a new art form was born; ANIMATION. (Frank Thomas & Ollie Johnson)
Satu abad dalam adalah waktu yang teramat singkat dalam konteks sejarah peradaban manusia yang telah berlangsung lebih dari 5000 tahun. Namun, dalam usianya yang baru menembus satu abad, animasi modern (animasi dalam konteks film), seolah menjadi titik kulminasi, atau titik peras yang mengakselerasi dan mengkonvergensi seluruh upaya manusia selama ribuan tahun untuk menemukan puncak potensial dari gambar atau citra bergerak dalam medium yang disebut film. Animasi bahkan melampaui citra bergerak atas realitas yang hidup (sebagaimana film live shot), namun lebih dari itu animasi telah memberikan “nyawa” pada gambar atau benda mati menjadi “ilusi yang hidup”. Satu abad yang lampau animasi pertama masih terbatas pada ekperimentasi gerak kartunal sederhana di atas kertas atau papan tulis (drawing base) juga explorasi gerak terbatas pada boneka atau obyek/benda mati yang menjadi cikal bakal stop motion. Kini di era digital animasi mampu menstilasi realitas yang kompleks dan mengubahnya menjadi realitas artifisial dalam tingkatan yang tak pernah terbayangkan seratus tahun yang lalu menjadi sebuah hiper realitas. Kita kini semakin sulit membedakan mana yang real dan mana yang artifisial fantasi dalam film yang melebur antara live shot, visual effect, dan animasi. Manusia melalui animasi seolah menjadi pesaing Tuhan dalam hal memberikan ruh atau nyawa pada benda yang sebelumnya diam, mati, menjadi hidup dan memiliki emosi. Bukan dengan meniupkan ruh atau nafas dalam raga makhuk layaknya Tuhan, melainkan dengan memberikan ilusi gerak yang hidup dengan memberi sifat seperti manusia sendiri (anthropomorphism) atas gambar atau benda mati. Maka, sebagaimana Tuhan menciptaan manusia dalam citraNya, manusia mencitrakan dirinya melalui animasi.
Satu abad animasi dunia terangkum dalam buku “The World History of animation” karya Stephen Cavalier. Membaca buku ini seperti membaca “katalog lengkap animasi” yang mengemas sejarah perkembangan animasi dunia berserta segala pencapiannya melalui tokoh, film, dan penemuan-penemuan penting di bidang film dan animasi dari era proto animasi hingga era digital. Namun sayangnya, dalam satu abad perjalanan animasi dunia, yang telah diwarnai oleh ratusan bahkan ribuan tokoh dan ratusan ribu karya animasi yang telah dibuat oleh manusia dari seluruh dunia, yang sebagian besar didominasi oleh sedikit negara dan diwarnai oleh banyak negara yang membentang di semua benua, tak satupun nama dan karya animasi Indonesia disebut dalam buku ini. Jika buku ini dianggap sebagai cermin perjalanan 100 tahun untuk melihat animasi kita dalam cermin besar animasi dunia, kontribusi animasi kita ternyata tidak ada didalamnya, luput dari perhatian dunia. Padahal sejarah animasi kita telah melewati setengah abad, jika dihitung sejak animasi pertama buatan anak bangsa “Si Doel memilih” karya Dukut Hendronoto pada tahun 1955. Apakah animasi kita telah terlambat bukan hanya 50 tahun tapi 100 tahun!?
Lima Babak Animasi Dunia
Stephen Cavalier membagi sejarah animasi dunia ke dalam lima babak besar yang masing-masing babak memiliki penandanya masing-masing yang ia sajikan secara kronologis. Lima babak tersebut dimulai sebelum tahun 1900 atau Pre-1900 (The origin of Animation). Ini adalah era animasi sebelum film dan kamera serta proyektor modern ditemukan. Dimulai sejak ditemukannya gambar sekuensial di dinding-dinding gua di masa pra sejarah, hingga penemuan dan eksperimentasi mainan optik dan beragam alat yang dipicu oleh publikasi paper oleh Peter Roger pada tahun 1824 berjudul; “The Persistence of Vision Regard to Moving Object”. Penemuan tersebut antara lain seperti Traumatrope oleh seorang fisikawan asal Inggris, John Airton Paris tahun 1825, Phenakitiscope (1831) oleh Josept Plateau asal Belgia, Daedalum (1834) oleh William Horner asal Inggris yang kemudian dikembangkan oleh William F Lincoln menjadi Zoetrope pada tahun 1860, hingga penemuan praxinoscope di akhir abad 19 oleh Charles Emile Reyanud di Perancis tahun 1877. Babak berikutnya dimulai tahun 1900 – 1927 (Film Animation: The Era of Experimentation). Ini adalah era awal cinema yang dimulai sejak tahun 1895 setelah Lumire Brothers memperkenalkan alat yang mereka sebut “Cinematographe” di Perancis. Eksperimentasi gerak dan teknik serta sinematrografi awal film animasi berlangsung di era ini. Era yang juga terkenal dengan “silent film era” berkembang dari Eropa hingga Amerika Serikat. Film animasi pertama dengan teknik stop frame dibuat oleh orang Inggris bernama Arthur Melbourne Cooper pada tahun 1899 berjudul; Matches: An Appeal, hingga animasi panjang pertama (feature animation) oleh Lotte Reiniger di Jerman berjudul “The Adventure of Prince Achmed”. Di Amerika, Walt Disney, Emili Cohl, hingga Thomas Edison termasuk generasi pertama yang mewarnai perkembangan film animasi di negaranya hingga mendunia. Babak ketiga tahun 1928 – 1957 (Film Animation: The Golden Age of Cartoon). Ini adalah era emas animasi kartun, baik pencapaian secara komersial, teknikal, maupun artistik. Era ini sering didentikkan dengan era Disney karena di era ini Disney mendominasi animasi dunia yang diawali dengan kesuksesan Steamboat Willie yang melambungkan karakter utamanya; Mickey Mouse. Hingga animasi panjang berwarna pertama di dunia yang monumental “Snow White and the Seven Dwarfs yang dirilis tahun 1937. Namun di era ini juga bermunculan kreator dan animatior dengan karya-karya animasi-animasi kartun yang populer selain Walt Disney seperti James Stuart Blackton, Otto Mesmer, Pat Sullivan, Fleicher Brother, Lotte Reiniger, dll. Di era ini juga bermunculan animasi eksperimental khas Italia, Prancis, Rusia, Kanada, dsb. Babak ke empat tahun 1958 – 1985 (The Televison Age). Animasi era televisi dimulai sejak tahun 1958 ketika medium elektronik baru bernama televisi mulai menggeser dominasi layar lebar di bioskop sebagai medium baru untuk menikmati film animasi. Animasi hadir di rumah-rumah dan mulai diproduksi secara serial dan kontinyu. Selain serial animasi juga merambah iklan komersial di televisi. Di era ini, animasi jepang yang terkenal dengan anime mulai mendominasi dunia melalui serial animasi buatan mereka, yang mampu menyaingi dominasi Amerika Serikat dalam industri animasi dunia. Dan babak ke lima dimulai tahun 1986 – 2010 (The Digital Dawn). Di era ini, penemuan teknologi digital turut mempengaruhi perkembangan animasi secara luas dan dalam banyak aspek. Kemampuan teknologi digital yang mampu menghadirkan visual yang photo realistik menjadi kekuatan animasi era ini. Banyak hal terutama dari aspek produksi yang berubah dari era sebelumnya setelah kemunculan teknologi digital. Penanda besar era ini adalah dirilisnya animasi 3D panjang pertama Toy Story oleh studio Pixar pada tahun 1995. Setelah itu laju animasi digital tak terbendung hingga sekarang.
Visi Animasi
Setelah membaca buku ini, dan melihat perjalanan seabad animasi dunia dengan segala puncak-puncak pencapaiannya. Kemungkinan apalagi yang bisa dicapai animasi dimasa depan? Jika mengutip tokoh arsitektur dan pemikir urban, Alfredo Brillembourg, yang dengan tegas mengatakan bahwa arsitektur bukanlah tentang bangunan, apalagi hal-hal teknikal dalam konstruksi arsitektural, melainkan tentang manusia sebagai subyek yang berbagi ruang tanpa tersekat oleh dinding-dinding bangunan yang semakin menyempitkan ruang intereaksi antar manusia modern. Maka semestinya ketika kita mamandang animasi, sudah bukan lagi tentang ilusi gerak yang menyempitkan dan memenuhi persepsi dan memori kita, apalagi hal-hal teknikal yang semakin kompleks, melainkan tentang diri kita sendiri, manusia sebagai subyek, karena kita dapat melihat wajah kita sendiri, kemajuan peradaban yang telah kita capai, visi juga imaji masa depan, melalui animasi. Sepertinya visi dan kesadaran itulah yang dimiliki oleh Walt Disney, Asamu Tezuka, Hayao Miyazaki, atau Norman McLaren melalui visi animasi yang mereka bangun. Sebab itu mustahil mencari batasan animasi. Mengutip kata salah satu legenda animasi, Vladimir Tytla; “It was that the possibility of animation is infinite!” Maka mari kita lihat dan raih, kemungkinan-kemungkinan apalagi yang bisa dicapai animasi dimasa depan. (@rik)
Comments :