Melengkapi pengetahuan jenis-jenis batik yang berkembang di Indonesia. Mengenal ‘Batik Indonesia’ karya Hardjonagoro Go Tik Swan adalah sebuah film animasi edukasi 2 dimensi yang menjelaskan asal usul, proses penciptaan, serta konsep dibalik Batik karya Hardjonagoro Go Tik Swan yang tercipta pada tahun 1950an dan mendapat julukan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, sebagai ‘Batik Indonesia’. Sebagai konteks pembawaan materi mengenai jenis batik, pada film animasi edukasi ini dijelaskan pula ragam gaya batik yang dominan pada masa 1950an-kebelakang yaitu gaya batik Keraton serta gaya batik Pesisiran, di mana kedua gaya batik ini juga melatarbelakangi penciptaan ‘Batik Indonesia’.

Konsep serta ide pembuatan animasi edukasi ini dilatarbelakangi oleh kesukaan penulis terhadap wastra batik. Melalui penelusuran dan riset dari berbagai literatur, penulis menemukan bahwa terdapat masa peralihan pada gaya pembatikan, pengunaan hingga pengaplikasian batik. Pada tahun 1950an Bung Karno memiliki gagasan untuk menjadikan batik media pemersatu Indonesia, batik yang tidak terlalu mencirikan kedaerahan tertentu. Gagasan itu disampaikan kepada seniman Hardjonagoro Go Tik Swan yang juga berasal keluarga pengusaha batik. Soekarno menyarankan agar Go Tik Swan menciptakan batik baru yang bukan batik Solo atau Yogya, juga bukan batik Pesisiran, Pekalongan, Cirebon, Lasem, atau lain-lainnya, tetapi ‘Batik Indonesia’.

Dalam proses visual pembuatan animasi, penulis mencoba merangkai mood serta visual looks yang memiliki kesan kuat pada kata kunci ‘Heritage, Elegant, Hangat, dan Rustic’ melalui metode animasi motion graphic. Untuk itu penulis menggunakan visual style painting yang menggunakan brush bertekstur, juga paduan warna khas tahun 1950an dengan tone hangat, menggunakan huruf dekoratif yang memiliki dasar bentuk serif, serta menerapkan efek gerak ripple pada sekeluruhan elemen.

Tantangan dalam pembauatan animasi edukasi ini adalah penulis harus dapat mengatur komposisi, dengan cara atau strategi komunikasi visual yg bisa menyampaikan banyak informasi dalam satu frame tayangan sekaligus. Maka itu setelah melalui percobaan, penulis menggunakan layout peta dalam menyampaikan beberapa informasi yg waktu-latarnya berbeda, namun informasi tersebut memiliki kesamaan atau keterkaitan sehingga hal-hal itu bisa muncul sekaligus dalam satu komposisi. Layout ini digunakan pada scene di mana penulis harus menyampaikan penggabungan gaya pembatikan yang ada pada Batik karya Hardjonagoro Go Tik Swan. Kemudian layout peta juga digunakan dalam menggambarkan jenis-jenis batik daerah.

Untuk menjelaskan penbandingan serta contoh motif Batik karya Hardjonagoro Go Tik Swan, penulis membatasi 2 motif batik saja yang ditampilkan sebagai contoh dalam menjelaskan motif Batik Indonesia. Pertama adalah Motif Sawunggaling karena motif inilah yang pertama terlegitimasi sebagai Batik Indonesia, kedua motif Pisan Bali dengan latar kuning kunyit.

Sebagai animasi edukasi, dipilih strategi penceritaan melalui pembawaan narasi oleh narator voice over di mana segala informasi yang sesuai dengan data akan dijelaskan, dengan karakter yang akan muncul sebagai aset untuk mendukung kejelasan informasi yang dibawakan.

Dalam proses penggabungan elemen-elemen visual, menggerakkan atau menganimasikan, hingga tahap pasca produksi, sangat penting untuk tetap teliti dalam mempertahankan mood serta visual style. Konsistensi mood dan visual style sangat penting untuk menjaga keserasian karya.

Demikian sekilas proses perancangan animasi edukasi “Mengenal ‘Batik Indonesia’ karya Hardjonagoro Go Tik Swan” ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menginspirasi. Terima kasih.

Penulis,

Alifia Nur Azzizah