Perancangan film animasi dokumenter Jendral Polisi Hoegeng Iman Santoso berjudul “Polisi Jujur : Hoegeng” menceritakan kisah perjalanan karir Jendral Hoegeng dari Polisi hingga oposisi. Film ini memiliki tujuan untuk memikat target penonton, yaitu usia 13 tahun keatas, terutama ditujukan kepada remaja sekolah agar mengetahui sejarah seorang tokoh Polisi dengan cara yang menyenangkan melalui sebuah karya seni animasi. Metode produksi yang digunakan adalah motode animasi 2D, yaitu pre-production, production, dan post-production. Hasil akhir berupa film animasi 2D yang menceritakan kisah dokumnetasi Jendral Polisi Hoegeng yang dikemas secara menarik dan informatif.

Cerita bermula dari awal karir Hoegeng sebelum menjadi seorang Polisi. Kemudian narator menjelaskan tentang perjalanan awal karir tokoh yang berasal dari keluarga amtenar dan bagaimana tokoh Hoegeng dapat menjadi seorang Polisi. Kemudian narator melanjutkan dengan kisah kehidupan Hoegeng pada awal mulai berkarir sebagai seorang Polisi. Cerita kemudian mencapai puncak saat Hoegeng dipertemukan dengan kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahyadi yang pada saat itu mendapatkan interferensi dari orang kuat di Indonesia dan juga kasus Sum Kuning yang melibatkan anak dari pejabat pada saat itu. Cerita diakhiri dengan akhir perjalanan Hoegeng sebagai seorang Jendral Polisi, pada masa pensiun beliau memilih untuk mengisi hari – harinya dengan menyalurkan hobinya seperti : melukis, bermusik dan bernyanyi.

Pendekatan yang digunakan dalam animasi dokumenter ini adalah style 2D dengan style kartunis. Style yang digunakan merujuk kepada referensi foto asli dari tokoh Hoegeng dan juga merujuk pada ciri khas dan atibut tokoh yang ada. Dalam hal ini, penulis lebih mengacu terhadap referensi foto dari tokoh yang digabungkan dengan style gambar dari animasi “Claus” dan “TinTin”. Penulis juga banyak mengambil referensi penggambaran tokoh pada animasi 2D produksi Indonesia.

Visualisasi Hoegeng dibuat dengan gaya 2D, dengan menga mbil atribut dan ciri khas dari Hoegeng sendiri. Warna kulit dibuat lebih gelap karena menyesuaikan dengan warna kulit asli dari Hoegeng, badan dibuat tegap untuk menampilkan kesan gagah dan berwibawa, ekspresi muka dibuat tegas. Karakter mengenakan pakaian atribut Polisi yang biasa dipakai oleh beliau, dan hal ini penulis sesuaikan dengan foto dari Hoegeng.

Tahap pertama dari pembuatan film animasi adalah penentuan konsep cerita. Penulis melihat adanya kekurangan kepercayaan masyarakat terhadap Polisi dan rendahnya minat untuk mengetahui sejarah, hal ini membuat penulis ingin menyampaikan pesan moral kepada masyarakat khususnya secara menarik kepada siswa – siswi yang ada di Indonesia. Melihat masalah itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema Jendral Polisi Hoegeng yang dijadikan sebagai animasi dokumenter. Setelah penulis telah mendapatkan konsep matang untuk kisah yang akan diangkat, penulis mulai membuat script yang nantinya akan menjadi acuan untuk perancangan film animasi dokumenter ini. Setelah itu penulis membuat concept art untuk menghasilkan artwork sebagai referensi untuk alur produksi selanjutnya. Dilanjutkan dengan pembuatan storyboard, Storyboard juga dapat di artikan sebagai naskah yang di sajikan dalam bentuk sketsa gambar yang berurutan, berguna untuk memudahkan pembuatan alur cerita maupun pengambilan gambar. Setelahnya tahapan dilanjutkan menuju tahap produksi yaitu pembuatan cut yang dilakukan secara frame by frame. Terakhir adalah proses editing dan juga compositing.

Penulis membuat film animasi dokumneter ini bertujuan untuk mengembangkan dunia industri desain, khususnya animasi di Indonesia dan juga memberikan pesan moral mengenai kejujuran kepada masyarakat melalui animasi ini. Penulis menyadari bahwa animasi dokumenter yang telah dibuat mempunyai banyak ruang untuk perbaikan dan masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyarankan dalam pembuatan film dokumentasi yang bagus adalah riset mendalam dalam materi sejarah yang ada, dan dari situ dapat ditentukan alur cerita dan juga timeline yang pasti. Karena tanpa cerita dengan alur yang jelas, seorang pembuat film dapat dikatakan gagal dalam penyampian pesan moral yang terselubung di dalam karyanya. Untuk mendapatkan fakta yang tepat dalam pembuatan animasi dokumenter sebaiknya dilakukan riset yang mendalam terhadap studi literature, web, dan juga wawancara atau survey. Seorang pembuat film harus mempunyai karakter film yang kuat agar film dapat dinikmati dan dimengerti oleh penonton. Penulis juga menyarankan agar badan pendidikan Indonesia lebih terbuka untuk menayangkan materi sejarah dalam bentuk film pendek, karena materi tersebut lebih menyenangkan untuk dilihat terutama oleh target penonton siswa ataupun siswi di Indonesia.

Oleh : Yose Alessandro Fernanda