THE MAKING OF “KALMET”
KALA METROPOLITAN adalah sebuah film animasi pendek bergenre komedi yang menceritakan seorang pelajar bernama Kala, yang terpaksa harus pulang sekolah menggunakan angkot untuk pertama kalinya. Minimnya pengalaman dan pengetahuan membuatnya terjebak dalam situasi yang harus ia hadapi sendirian dalam kebingungan di pinggiran metropolitan.
Ruang lingkup film animasi pendek ini adalah film komedi animasi pendek bertemakan kriminalitas hipnosis dengan latar situasi di dalam angkutan kota atau angkot. Alat transportasi umum di Indonesia adalah angkot. Begitu banyak tragedi merugikan hingga fakta menarik dalam menggunakan angkot. Maka dari itu penulis memilih angkot sebagai latar situasi. Dari sekian banyak aksi kriminalitas penulis memilih hipnosis, karena kriminalitas hipnosis yang merupakan berita lama namun keberadaannya tetap ada dan memakan korban. Namun di dalam film animasi pendek ini, bukan menceritakan bagaimana proses hipnosis itu bisa terjadi atau bagaimana cara menghipnosis akan tetapi tujuannya adalah selain menghibur juga untuk mengingatkan kepada masyarakat hal seperti apa saja yang dapat memancing terjadinya tindak kriminal, dan juga mengingatkan untuk tetap waspada terutama dalam menggunakan angkot, tidak lengah dalam keadaan atau situasi apapun.
Karakter yang terdapat dalam film animasi pendek ini 2 diantaranya tidak memiliki elemen wajah yang lengkap. Seperti tokoh Kala yang tidak memiliki mata dan Bapak yang juga tidak memiliki mata dan mulut. Hal tersebut dibuat bukan tanpa alasan. Kala adalah seorang pelajar SMA (16) yang culun dan penakut namun berpura-pura berani, mudah gelisah dan mudah teralihkan perhatiannya, juga sedikit narsis namun pantang menyerah. Karaker Kala digambarkan menggunakan kacamata putih polos tanpa mata, karena bentuk alis dan kacamatanya menjadi ciri khas sekaligus untuk mendukung sifat yang dimiliki Kala. Kacamatanya yang dapat berubah bentuk akan menggantikan fungsi mata sebagai pengantar ekspresi. Karakter Bapak juga tidak memiliki mata dan mulut. Hal itu untuk menggambarkan sosok yang misterius juga untuk mendukung sifatnya yang mencurigakan. Untuk mengekspresikan emosinya, fungsi mata dan mulut digantikan dengan alis dan kumis yang dapat berubah bentuk. Sedangkan karakter Wanita digambarkan memiliki mata, karena sosoknya yang memancarkan aura kecantikan dan mata sebagai salah satu elemen wajib untuk menggambarkan keindahan.
Dalam film animasi pendek ini, terdapat satu karakter yang dirahasiakan sosoknya. Karena keberadaannya yang sangat penting sebagai kejutan di akhir cerita. Masih banyaknya kekurangan namun penulis berharap film animasi pendek “Kala Metropolitan” dapat menghibur dengan sederhana dan tetap memandang positif pesan yang penulis berusaha sampaikan. Terima kasih atas dukungannya.
Penulis,
Tika Nindra