THE MAKING OF EDUCATIONAL ANIMATION “MEMBENTUK KEBIASAAN MINIM SAMPAH”
Membentuk Kebiasaan Minim Sampah merupakan animasi edukasi yang membahas permasalahan sampah, serta pencegahan dampak negatif sampah terhadap lingkungan, yang bersifat mengajak audiens untuk mengurangi produksi sampah harian dengan menerapkan konsep 5R (refuse, reduce, reuse, rot, recycle).
Animasi edukasi ini terangkat dari generasi muda yang sulit lepas dari media sosial dan cenderung ingin selalu up to date dengan mengikuti tren-tren terbaru yang bermunculan di berbagai platform media sosial, misalnya pada tren fashion atau kuliner yang viral. Tanpa disadari, dengan selalu mengikuti tren tersebut, juga mendorong sumbangan lebih banyak limbah sehari-hari, seperti dari limbah kemasan sekali pakai. Permasalahan sampah di Indonesia sangatlah besar. Indonesia dikenal sebagai negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar ke-2 di dunia setelah China. Selain itu, dalam jangka panjang, permasalahan penumpukan sampah juga dapat memicu perubahan iklim yang bersifat permanen.
Kita semua berperan aktif sebagai dalang dibalik masalah sampah ini, dan hanya kita jugalah yang dapat mengubah masa depan bumi. Upaya minim sampah adalah salah satu solusinya, dan aksi 5R dapat kita jadikan sebagai pedoman untuk menerapkannya. Pembentukan pola pikir dan kebiasaan minim sampah dapat mengubah masa depan bumi.
Animasi edukasi ini dirancang dengan menggunakan teknik motion graphic dan fokus ke penggunaan visual style minimalis dengan hanya memanfaatkan elemen visual yang benar-benar dibutuhkan. Penggunaan palet warna yang terbatas juga bertujuan untuk menjaga estetika visual, tema minimalis, dan kejelasan visual.
Style aset-aset visual yang digunakan adalah vector 2D minimalis datar, dengan menginkorporasi variasi stylized atau iconic untuk membawa kesan signature yang khas. Garis outline pada seluruh aset visual juga sengaja dibuat tidak sejajar dengan warna dan bentuk asetnya, sebagai bentuk aksentuasi dan memberi kesan unik, sembari mempertahankan kejelasan visualnya. Garis yang sengaja dibuat offset juga dapat merepresentasikan ketidaksempurnaan, seperti halnya upaya meminimalisir sampah dalam keseharian kita yang tidak harus selalu sempurna untuk dapat membawa perubahan.