THE MAKING OF “SHELLY”

Masa kanak-kanak merupakan masa dimana seseorang memiliki imajinasi yang sangat besar dan berwarna.  SHELLY merupakan sebuah film animasi pendek 3 dimensi bergenre drama yang menceritakan tentang seorang anak peternak ayam yang bercita-cita untuk menjadi seorang pilot.

Film pendek SHELLY menceritakan tentang seorang orang tua yang sangat menginginkan anaknya untuk mengikuti jejaknya dalam hal karir atau pekerjaan, namun anak tersebut memiliki cita-cita lain. Melihat bahwa permasalahan dimana orang tua terkesan tidak mendukung terhadap cita-cita atau pemilihan karir anak cukup sering dijumpai dalam masyarakat, saya memutuskan untuk menerapkan permasalahan tersebut kedalam perancangan komunikasi visual film animasi pendek ini.

Terdapat beberapa pertimbangan akan mengapa saya memilih konsep cerita ini. Salah satunya adalah, saya ingin menyuguhkan cerita mengenai masalah yang masih dapat ditemui dalam masyarakat sekarang, dalam hal ini adalah mengenai dukungan orang tua terhadap cita-cita anak.  Selain itu, saya ingin menceritakan cerita dengan moral yang dapat diterima oleh penonton yang lebih dewasa dan penonton yang lebih muda, yaitu untuk tidak cepat menganggap mimpi seorang anak kecil hanyalah bermain-main saja dan memberikan pesan untuk terus bermimpi dan bercita-cita. Namun disamping pertimbangan-pertimbangan tersebut, saya memilih cerita ini karena alasan pribadi saya sendiri pula. Saya memilh konsep cerita ini karena orang tua saya selalu mendukung cita-cita saya, yaitu untuk menjadi seorang desainer. Sehingga saya berharap perancangan komunikasi visual animasi film pendek “SHELLY” ini dapat membuat penonton yang lebih dewasa untuk mendukung cita-cita anak mereka kelak.

Gaya visual yang akan digunakan penulis dalam “SHELLY” berupa 3D semi-realism dimana bentuk-bentuk dan karakter menyerupai namun tidak sama dengan kehidupan nyata. Pembawaan mood dalam film animasi pendek ini adalah mood yang hangat untuk babak-babak awal dalam film, dan mood yang lebih dingin pada babak akhir untuk mendukung genre drama dalam film, dengan pemilihan warna yang cerah namun tidak terlalu keras untuk mendukung suasana outdoor yang hidup. Karena lokasi yang digunakan dalam film ini merupakan diluar ruangan, yaitu di daerah peternakan dan bukit, maka saya menggunakan perubahan waktu (siang dan sore hari) sebagai pendukung lighting dalam menciptakan suatu mood di dalam Unreal Engine.

Dalam film pendek ini, cinematography merupakan salah satu alat visual yang paling banyak digunakan. Penerapan framing merupakan salah satu alat konsepsionil penting dalam film pendek ini, dimana bingkai adegan atau frame diarahkan sedemikian rupa untuk menujukan perhatian penonton terhadap suatu hal yang ingin disampaikan dalam adegan film. Frame adegan didukung dengan perspektif, jenis shot, skema warna, ruang negatif atau negative space, serta pergerakan kamera.

Semua konsep desain karakter, aset dan environment telah melalui proses pre-production yang cukup lama. Pertama-tama saya membuat sketsa-sketsa concept art dan memilih desain yang saya anggap cukup sesuai dengan apa yang saya ingin visualisasikan dalam film pendek SHELLY ini.

Saya berharap dengan tema kekeluargaan yang disampaikan dalam cerita ini, dapat tersirat pesan moral yang lebih mudah dimengerti dan diterima oleh masyarakat. Saya ingin menunjukkan bahwa sudah sepantasnya orang tua mendukung cita-cita anak mereka, karena setiap anak berhak untuk bermimpi.

 

Penulis,
Feliciana Shinta Devi (Claire Felicia | http://dropr.com/clairefelicia)