Animasi pendek “Miruda” merupakan animasi yang disajikan secara dua dimensi menggunakan genre light-drama. Kisah animasi pendek “Miruda” bercerita tentang sebuah burung kecil yang ingin bebas dari sangkarnya setelah menonton siaran televisi. Tujuan dari perancangan animasi pendek yang ingin disampaikan adalah untuk memotivasi penonton agar terus berjuang di setiap kesempatan dan menghibur penonton melalui interaksi burung kecil yang impulsif dan pemiliknya yang perfeksionis.

Proses perancangan karya animasi diawali dengan proses brainstorming bersama anggota kelompok untuk menentukan premis yang hendak diangkat. Kemudian, saya bersama teman-teman menyusun beberapa premis ke dalam catatan daring untuk diajukan kepada dosen pembimbing. Lalu, kami berdiskusi kembali mengenai alur cerita dan rancangan sketsa tokoh setelah premis sebelumnya mendapat persetujuan dosen pembimbing.

Dalam awal perancangan, kami mendapat fakta menarik selama penelitian yaitu adanya hobi memelihara burung kicau membuat sebagian populasi burung menurun. Adapun premis cerita animasi pendek “Miruda” yang terinspirasi dari animasi pendek “Piper” yang ditulis dan disutradarai oleh Alan Barillaro pada 2016 lalu. Dalam animasi pendek “Piper”, terdapat pesan secara tersirat yang disampaikan kepada penonton, yaitu perjuangan dalam mendapatkan sesuatu. Oleh sebab itu, kami ingin menyajikan bagaimana burung yang dipelihara di dalam sangkar menginginkan kebebasan setelah menonton siaran tentang kehidupan burung yang terbang bebas di alamnya.

Setelah kami mendapatkan premis yang telah disetujui dosen pembimbing, kami mulai mengerjakan tanggung jawab berdasarkan aspek yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu aspek storytelling, aspek visual design, dan aspek motion. Saya bertanggung jawab pada aspek storytelling sehingga dalam pembuatan karya, saya harus aktif dan komunikatif dalam menyampaikan alur cerita secara mendetail kepada anggota kelompok. Selain aspek storytelling, terdapat tanggung jawab saya dalam aspek yang berhubungan dengan visual, yaitu melakukan pembuatan beatboard hingga animatic dalam tahap pre-production melalui Adobe Photoshop, menambahkan outline pada sketsa animasi dalam tahap production melalui Adobe Photoshop, dan melakukan compositing hingga penambahan visual serta sound effect pada tahap post-production melalui Adobe After Effects serta Adobe Premiere Pro.

Pada tahap awal atau tahap pre-production, saya mengawali tahap tersebut dengan membuat naskah dan menjabarkan treatment atau poin aksi cerita yang ingin disajikan dalam potongan shot. Kemudian, saya mulai merancang beatboard untuk memvisualisasikan alur yang terbagi atas tiga babak. Lalu, saya melanjutkan pembuatan storyboard hingga animatic atau storyboard yang telah dianimasikan secara sederhana setelah beatboard mendapat persetujuan dari dosen pembimbing.

 

Selanjutnya, pada tahap kedua atau tahap production, kami mulai memvisualisasikan karakter dan aset lingkungan sebagai pendukung animasi. Saya bertanggung jawab untuk menambahkan outline sebelum karakter diberi warna. Pada proses outlining, saya menggunakan brush dengan sisi yang tegas dan memiliki efek smoothing untuk memperhalus lekukan garis. Gaya outline yang telah kami tetapkan adalah outline yang tebal untuk sisi luar gambar tokoh dan outline yang tipis untuk sisi dalam gambar tokoh. Setelah menyelesaikan proses outlining, saya mengumpulkan gambar (combining) tokoh dan aset lingkungan untuk mempersiapkan tahap compositing sebagai tahap awal post-production.

Pada tahap compositing, saya mulai menggabungkan aset tokoh dan latar belakang animasi. Saya mengawali tahap compositing dengan menyusun beberapa gambar tokoh berdasarkan durasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah itu, saya menggabungkan gambar tokoh menggunakan fitur pre-compose agar penerapan efek visual lebih efisien. Kemudian, setelah menambahkan latar belakang, saya masuk ke tahap visual editing dengan menambahkan adjustment berupa rim light dan shadow. Saya menambahkan efek visual menggunakan inner shadow pada layer styles. Untuk rim light, saya menggunakan inner shadow dengan blend mode bernama color dodge dan layer utama pre-compose sebelumnya diubah menjadi soft light. Lalu, saya menambahkan shadow menggunakan inner shadow dengan blend mode bernama multiply dan layer utama tetap normal (tanpa penyesuaian). Visualisasi warna tokoh menjadi kontras setelah mendapat adjustment sebelumnya. Oleh sebab itu, saya menyesuaikan kembali warna latar belakang menggunakan curves dan levels. Akhir dari proses visual editing adalah penambahan ambience light menggunakan solid layer dan penambahan camera movement menggunakan zoom hingga wiggle melalui Adobe After Effects.

Selanjutnya, adapun penambahan sound effects dan editing melalui Adobe Premiere Pro. Pada tahap ini, saya menambahkan suara atau musik yang telah disepakati anggota kelompok pada saat proses animatic sebelumnya. Dalam penambahan sound editing, saya menggunakan fitur yang sederhana, yaitu efek exponential fade dan audio gain untuk memudarkan suara serta menambah atau mengurangi tingkat desibel yang dihasilkan suara tertentu dalam animasi. Setelah saya melengkapi visual editing hingga sound editing, saya melakukan render ke dalam format .MOV untuk tingkat kompres yang lebih minimal dan render ke dalam format .MP4 untuk tingkat kompres yang lebih banyak. Tahap post-production diakhiri dengan publikasi yang kami lakukan ke media sosial menggunakan video animasi berformat .MP4 sebelumnya.

Cerita animasi pendek terdiri dari dua tokoh, yaitu Kung dan Om Kumis. Kung adalah seekor burung pleci yang cerdik dan memiliki kicauan yang merdu. Ia gemar menuruti Om Kumis untuk terus berkicau, meskipun terkadang ia merasa kelelahan setelah berkicau. Kung memiliki badan kecil yang berwarna kekuningan untuk menyiratkan karakter yang optimis. Selain dapat mengikuti kicauan Om Kumis, keunikan yang dimiliki Kung adalah adanya lingkaran putih di sekitar matanya yang membuat Kung seperti memakai kacamata.

Tokoh pelengkap cerita animasi pendek lainnya adalah Pak Hardana atau yang kerap disapa sebagai Om Kumis. Om Kumis memelihara Kung untuk diikutsertakan dalam kontes burung kicau. Tekad Om Kumis yang kuat berhasil membuahkan hasil berupa medali dan piala penghargaan kontes tersebut. Om Kumis gemar mengajari Kung berkicau agar Kung dapat semakin andal untuk berkicau dalam waktu yang lama. Namun sayangnya, Om Kumis membuat Kung kesal karena perlakuan obsesif Om Kumis terhadap Kung sehingga mendorongnya untuk melarikan diri dari sangkar.

Demikian tahapan perancangan animasi pendek “Miruda” yang saya jabarkan. Semoga artikel berikut dapat memperkaya wawasan pembaca dalam merancang animasi yang akan dibuat di masa mendatang. Terima kasih atas waktu yang diluangkan pembaca.

 

Oleh: Artanti Kuswandini