Serpihan Memori adalah film animasi pendek 2D yang menceritakan tentang seorang kakek tua bernama Abi yang mengalami demensia dan kesulitan dalam mencerna lingkungan sekitarnya karena kondisinya sehingga tersesat, dan memerlukan bantuan anaknya, Lili, untuk kembali pulang. Tujuan dari animasi ini adalah untuk memvisualisasikan bagaimana lingkungan seorang demensia terlihat dari mata orang demensia.

The Animation

Serpihan Memori dianimasikan secara digital dengan frame by frame  dalam 12 fps. Dalam animasi ini terdapat scene dimana lingkungan yang nyata bercampur dengan lingkungan terdistorsi akibat demensia dari karakter.  Sehingga terdapat dua style yang digunakan dalam animasi ini, yaitu style untuk ketika lingkungan normal dan style untuk ketika lingkungan terdistorsi. Untuk style ketika lingkungan normal, karakter memiliki garis sketchy seperti pensil, dan gambar lingkungan berupa style watercolor. Hal ini untuk mendukung tema dalam memvisualisasikan demensia melalui gaya lukisan. Adapun untuk lingkungan terdistorsi mengambil referensi dari lukisan gaya ekspresionisme dan cubism.

Untuk memproduksi animasi transisi dari lingkungan distorsi ke normal, pertama adalah untuk menggambar lingkungan normal terlebih dahulu. Hal ini untuk menentukan letak objek-objek pada lingkungan terdistorsi sehingga transisi tidak terlihat janggal. Berikut ini adalah proses penggambaran lingkungan normal.

Setelah menggambar lingkungan normal, tahap selanjutnya adalah menggambar lingkungan distorsi. Lingkungan normal menjadi panduan letak dimana tiap objek distorsi berada. Dalam menggambar visual yang terdistorsi perlu memerhatikan beberapa kunci visual dari lukisan ekspresionisme dan cubism yaitu : bentuk objek berantakan, pewarnaan dengan goresan lukis berulang, dan warna yang menonjol.

Gambar distorsi dan normal kemudian diekspor ke program animasi untuk membuat animasi transisi. Gambar transisi dibuat tiap frame dan semakin lama gambar terdistorsi semakin mendekati gambar normal. Timing dari tiap objek juga divariasikan agar animasi transisi tidak terlihat kaku dan monoton.

Kemudian gambar-gambar transisi tersebut digabung dengan gambar normal yang juga dibuat transisinya. Untuk gambar normal, transisi yang dipakai adalah menghapus beberapa bagian gambar dan semakin lama keseluruhan gambar terlihat. Penghapusan menggunakan fitur masking dimana dengan menggunakan warna putih akan melukiskan gambar dan warna hitam akan menghapuskan gambar. Adapun brush yang digunakan adalah brush dengan tekstur oil paint.

Terakhir adalah menggambungkan kedua hasil animasi tersebut pada software video editing untuk tahap akhir yaitu compositing.

Demikian salah satu proses animasi film pendek “Serpihan Memori”.  Animasi ini diharapkan dapat membawa kesadaran pada orang-orang mengenai isu demensia.  Pembuatan animasi ini mengalami proses yang panjang dan melibatkan banyak riset agar sesuai dengan interpretasi bagaimana demensia terlihat. Penulis sendiri mendapatkan banyak pelajaran dari perancangan animasi ini, mulai dari meningkatkan skill animasi hingga berbagai pengetahuan yang menyangkut tema ini, dan diharapkan pembaca juga mendapatkan manfaat yang serupa dan hidup panjang umur penuh kenangan indah bersama orang yang disayang.

Penulis.

Tia Pratiwi