“Wesi Aji”, dalam istilah lain yaitu tosan aji. Tosan atau wesi yang berarti besi atau logam, dan aji yang berarti bernilai dan mempunyai tuah. Judul ini merujuk pada segala macam karya seni tempa logam warisan budaya bangsa, yang terbuat dari besi, baja, dan meteorit, yang dianggap sebagai pusaka bernilai luhur.
Film “Wesi Aji” ini menceritakan tentang sebuah kisah perjalanan bagaimana empu Supo dalam membuat keris yang dipesan oleh raja dengan penuh kerja keras, dan konsentrasi — bersama dengan kedua panjak(asisten) yang membantunya, empu berhasil membuat keris pusaka yang sangat sempurna. Karena sang Raja menyukai hasil karya buatan empu Supo itu, lantas keris dibawa menemani sang raja dalam mempersatukan pulau. Dan hingga sekarang pusaka tersebut masih terjaga di dalam museum.

Dalam film ini, untuk menimbilkan suasana sakral yang ditimbulkan oleh keris, penulis menggunakan teknik pencahayaan Chiarocuro, teknik yang mengontraskan cahaya dan bayangan dalam gambar agar terlihat lebih intens, karena wesi aji dalah kebudayaan lebih bersifat ke arah spiritual. Dan dengan ketajaman saturasi sekitar warna yang sangat spesifik dari Jewel Tones Color, memperlihatkan bahwa bertapa berharganya pusaka warisan budaya. Sehingga dengan menggabungkan Chiaroscuro dan Jewel Tones Color, keduanya mampu saling mendukung dalam mengomunikasikan pesan dengan baik.

 

Empu Supo Untuk desain karakter Empu Supo, merunut dari keturunan Empu Supo Driyo yang terkenal di zaman pemerintahan raja Brawijaya, raja terakhir Majapahit. Supo Driyo hidup di zaman Majapahit sebelum pralaya dan sirna akibat dihancurkan oleh putra Brawijaya sendiri, yakni Raden Patah dari Demak yang memisahkan diri dan memerintah sejak 1475. Pakaian yang digunakan memakai baju pangsi serba hitam, dan memakai iket tradisional. Karena sesuai tradisi dari keturunan Empu Supo Driyo.
Raja Desain karakter Raja, digambarkan dengan bentuk yang bulat merepresentasikan keluesan dalam bergaul dan, ramah tamah. Busana mengambil dari budaya jawa Mataram yaitu baju surjan biru polos, dan batik motif parang.

kesimpulannya/penutup Kebudayaan sebagai identitas jati diri bangsa Indonesia kini mulai ditinggalkan, padahal itu sangat penting, karena tanda dari eksisnya suatu peradaban. Mengingat saat ini bentuk kebudayaan dianggap sesuatu hal yang primitif, dan hanya menjadi tontonan seperti sirkus untuk hiburan semata, apa lagi sekarang banyak masyarakat menganggap bahwa kebudayaan bangsa Indonesia adalah hal dapat menyesesatkan, dan wajid untuk ditinggalkan, sehingga makin “meredupkan obor” peradaban asli di negri ini. Maka menjadi penting untuk generasi muda pewaris bangsa untuk mendalami dan mempelajari kembali tradisi budaya leluhurnya, yang sesuai dengan ilmu pengetahuan aslinya. Maka memegang kesadaran tersebut film “Wesi Aji” ini dirancang sedemikian rupa, sebagai langkah awal untuk memberikan sedikit wawasan singkat mengenai salah satu bentuk hasil dari kebudayaan bangsa Indonesia, dan memancing penonton untuk mempelajarinya lebih lanjut. Semoga dengan adanya film “Wesi aji” ini, setidaknya mampu memberikan sumbangsih untuk terus melestarikan budaya asli bangsa di tanah air Indonesia.