THE MAKING OF “TAHU RACING?” STORY

“Tahu Racing?” adalah sebuah film animasi pendek 3D yang bertemakan car culture dan memiliki unsur komedi dengan unsur lokal Indonesia. Animasi ini menceritakan tentang seorang tukang tahu bulat bernama Tatang yang memiliki hobi dan kemampuan dalam memodifikasi mobil tetapi hobi nya tersebut terhalang oleh keterbatasan uang, jadi Tatang hanya bisa menyalurkan hobi nya tersebut dengan mobil seadanya yang ia miliki. Tatang yang tinggal bersama adiknya yang bernama Boboh, memutuskan untuk berjualan tahu dengan menggunakan mobil satu-satu nya yang mereka miliki agar dapat mendapatkan uang.

Suatu ketika, Tatang dan Boboh sedang berjualan tahu di Jalan Asia Afrika pada malam hari. Ketika Boboh sedang mengantar tahu dan sedang menyeberang jalan, tiba-tiba dari jauh terdengar suara mobil yang sangat kencang dan hampir menabrak Boboh. Tahu yang sedang dibawa Boboh berjatuhan dan hancur semua. Pengemudi mobil(Vin) itu turun dari mobilnya dan berteriak marah-marah kepada Boboh. Tatang yang melihat hal tersebut, tidak terima dan terpancing emosinya kepada Vin. Terjadilah pertengkaran antara Tatang dengan Vin karena sama-sama tidak terima.

Lalu Vin memutuskan untuk menantang Tatang dalam balapan mobil dan bertaruh yang kalah akan memberikan mobil nya, karena Vin yakin menang melihat mobil Tatang yang memiliki tampang jelek dan tua sedangkan mobil dia yang bagus dan kencang. Tanpa pikir panjang dan terbawa emosi Tatang menerima tantangan tersebut demi memperjuangkan dagangan dan keadilannya. Vin yang sangat percaya diri terus meremehkan Tatang dan memancing emosinya. Akankah Tatang dapat meraih kemenangan hanya dengan menggunakan mobil penjual tahu dan terlihat lemah?
Konsep awal ide cerita dalam pembuatan film animasi pendek “Tahu Racing?” terinspirasi dari rutinitas suatu kelompok car culture yang melakukan balapan liar di Jakarta, lebih tepatnya di Jalan Asia Afrika, Senayan dan kejadian nyata dari penjual tahu bulat yang melakukan balapan untuk mengisi waktu luangnya. Dalam film animasi pendek ini, memiliki pesan bahwa mobil yang terlihat tua, jelek, dan pelan itu tidak selalu menjadi yang terendah, mobil tersebut juga bisa melawan mobil yang baru dan lebih bagus dengan cara keahlian dalam modifikasi dan kecerdikan dalam balapan. Selain itu, “Tahu Racing?” memiliki pesan agar jangan melihat sesuatu hanya dari luarnya saja, tetapi dari dalamnya juga. Penulis berharap animasi pendek ini dapat menghibur, menginspirasi, dan menarik perhatian para penonton dengan konten car culture di Indonesia dalam bentuk animasi yang memiliki unsur komedi.
Dalam cerita animasi pendek “Tahu Racing?” memiliki 3 tokoh, yaitu
Tatang
Karakter Tatang adalah karakter protagonis yang merupakan seorang remaja penjual tahu bulat dan memiliki hobi modifikasi mobil. Tatang memiliki tinggi 175 cm, dan Ia berjualan tahu bulat untuk mencari uang sebagai modal dalam modifikasi mobil. Tatang memiliki sifat yang lincah, tengil, cerdik, dan bijaksana
Boboh
Karakter Boboh memiliki arti bodoh dan ceroboh. Boboh adalah adik dari Tatang yang membantunya untuk berjualan tahu bulat, tetapi menyusahkan Tatang karena sifatnya yang suka makan dan ceroboh. Boboh memiliki tinggi 135 cm, dengan karakteristik yang bodoh, ceroboh, dan suka makan
Vin
Karakter Vin adalah karakter antagonis yang merupakan seorang remaja arogan yang suka balapan liar di jalan. Vin memiliki tinggi 185 cm, dengan karakteristik yang tengil, temperamen, sombong, dan juga suka modifikasi mobil.

Dalam sebuah cerita pasti harus memiliki tokoh protagonis dan antagonis, tetapi penulis menambahkan satu karakter pendukung yang terlibat dalam cerita dengan tujuan untuk membantu sang tokoh utama dalam keberlangsungan cerita dan juga menjadi sebuah obstacle utama sang tokoh utama dalam cerita karena karakteristik tokoh tersebut. Sehingga penulis memutuskan utnuk membuat 3 karakter dalam cerita agar mendapatkan cerita yang menarik dan mendukung cerita dalam unsur komedi.
Dalam penerapan cerita kedalam animasi, penulis membuat storyboard sesuai dengan script dan cerita yang telah dibuat. Dalam storyboard dibuat sesuai dengan cerita, latar kejadian, pengenalan karakter, angle kamera, dan komposisi dalam shot.

Setelah membuat storyboard, dilanjutkan pada tahap pembuatan Animatik untuk membuat breakdown gerakan dalam scene, pergerakan kamera, dan durasi yang akan digunakan dalam pembuatan film animasi tersebut. Dalam animatik juga sudah terdapat perkiraan VFX dan SFX yang akan digunakan dalam film.

Setelah tahap animasi selesai, maka dilanjutkan ke tahap compositing. Compositing dilakukan untuk menyatukan shot animasi yang telah dirender, diberi color grading, visual effect, dan sound effect. Pertama, penulis melakukan compositing pada shot-shot animasi yang telah dirender dengan mengcompose render pass yang telah dirender dari aplikasi Cinema 4D. Seperti mengatur exposure, tingkat kecerahan, ambient occlusion, dan Z-Depth pada hasil render tersebut. Pada tahap ini penulis mengunakan Adobe After Effect untuk melakukan compositing. Setelah melakukan compositing pada shot-shot yang dirender, dilanjutkan dengan menyatukan shot-shot tersebut menjadi satu kesatuan. Lalu diberi beberapa transisi yang cocok sesuai adegan agar adegan terlihat lebih menyatu satu sama lain dan lebih cinematic. Selain transisi, dilakukan juga tahap time remapping pada shot-shot yang durasinya terlalu cepat dan bertujuan untuk membuat adegan terlihat lebih halus dan indah. Dalam beberapa adegan, ditambahkan beberapa Visual Effect/VFX seperti asap pada knalpot mobil dan ban mobil ketika melakukan drifting, particle debu yang digunakan pada adegan garasi, dan effect asap dan api pada adegan akhir ketika mobil Tatang terbang. Setelah itu, ditambahkan Color grading yang dilakukan untuk melakukan koreksi warna pada video untuk meningkatkan nilai estetika dan kualitasnya. Color Grading disesuaikan dengan alur, tema, isi cerita, dan hal lain yang dapat memengaruhi suasana dalam film tersebut.
Setelah melakukan compositing di After Effect, penulis berpindah aplikasi ke Adobe Premiere Pro untuk melakukan penambahan sound effect dan background music. Penulis menggunakan sound effect yang sesuai dengan adegan apa yang sedang terjadi pada cerita yang sedang berlangsung untuk mendukung adegan pada film tersebut agar adegan tersampaikan dengan benar. Selain itu, ditambahkan background musik yang sesuai dengan mood pada adegan, seperti contohnya pada adegan balapan, lebih menggunakan background musik yang memiliki beat cepat agar meningkatkan mood dalam balapan. Dalam akhir adegan, ditambahkan credit title yang ber-isi nama-nama pembuat disertai dengan potongan-potongan film sebagai pendukung.