Konsep awal cerita terinspirasi dari sikap orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter pada anaknya, dimana orang tua mempunyai ekspetasi tinggi terhadap si anak untuk mengikuti segala kemauan dari orang tua tanpa boleh ditolak. Film animasi pendek tiga dimensi ini dikemas dalam genre keluarga dan drama dengan gaya ikonik stylized. Cerita dibuat simple dan sederhana namun memiliki makna yang mendalam mengenai nilai kehidupan mengenai pentingnya rasa empati dan juga komunikasi dalam berkeluarga.

Ayah: berusia sekitar 35 tahun, mempunyai badan yang besar, dan sifat yang cukup tegas dengan kumis yang menunjukan wibawanya sebagai seorang ayah.  Ingin anaknya memiliki prestasi akademik seperti ibunya.

Anak: Berusia sekitar delapan tahun. berambut bowl cut, hobi menggambar dan berimajinasi, mempunyai nilai yang tidak cukup bagus, terutama nilai akademiknya yang jelek. Memiliki sifat periang dan baik hati.

Disebuah rumah sederhana, tinggal seorang ayah dan seorang anak laki-laki tanpa seorang ibu. Si Ayah harus mengurus anaknya yang baru saja menginjak Sekolah Dasar dengan sabar karena ditinggal istrinya. Si ayah ingin anaknya sukses dan berprestasi seperti ibunya dulu karena pernah mendapatkan penghargaan, namun karena kurangnya kepekaan dan cara komunikasi yang baik pada anaknya, hal itu hampir mustahil untuk dicapai. Ditambah lagi kebiasaan dari si anak yang lebih suka menggambar di kertas semakin menjauhinya untuk belajar matematika.

Environment yang diambil pada film animasi pendek ini mengambil latar pada sebuah rumah sederhana yang mengambil referensi pada benda-benda yang sering dipakai orang Indonesia dalam rumahnya. Ruangan yang digunakan akan berfokus pada ruang santai, dapur dan juga kamar si anak. Dalam dapur, ada cukup banyak asset seperti meja makan, kursi, tempat cuci piring, rak piring, peralatan masak, bumbu, lemari atas, gallon, jendela, tong sampah dan sebagainya yang membentuk elemen dapur. Ruang santai berhubungan dengan ruang dapur dan pintu keluar. Dalam ruangan santai ada sofa, TV, meja, jendela, rak sepatu, tanaman, bingkai foto, lemari dan sebagainya. Dalam kamar anak ada meja kursi belajar, buku, rak, poster, AC, jendela, alat tulis, mainan, laci, ranjang, dan sebagainya. Didekat dapur bagian dinding ada tempat dimana ditaruh lemari piala, laci dan juga kenangan berupa foto.

Penulis bertujuan untuk membuat animasi berjudul “Insistence” yang diharapkan bisa membuat orang tua setidaknya bisa merefleksikan dirinya sendiri jika mereka berada diposisi yang sama dengan anaknya yang tidak memiliki pilihan untuk menuruti ego dari orang tua dan bisa membayangkan tekanan yang didapatkan dari ketidakberdayaan agar dapat memunculkan perasaan empati kepada anaknya bahwa mereka juga sama seperti orang tua yang memiliki keinginan terhadap sesuatu.

Penulis,

Andrew Jhonatan