The Art of Making “Gembala yang Baik”
Hal yang ingin diceritakan oleh penulis melalui film animasi pendek 2D ini adalah bagaimana cinta sejati adalah cinta yang merupakan pilihan berkorban dan terbukti lewat tindakan dan selalu membuat objek yang dikasihi menjadi lebih indah, serta tidak akan berakhir sia-sia, dan dengan memahami cinta sejati kita dapat mengasihi sesama kita lebih baik lagi. Secara garis besar, film ini bercerita tentang cinta kasih seorang gembala baik hati mencari dan hendak menyelamatkan Si Kambing Kecil pemberontak yang hilang sampai harus mempertaruhkan nyawanya.
Untuk desain title, penulis menggunakan font “Naomis Hand” yang memiliki cita rasa tradisional dan hangat. Warna yang digunakan adalah perpaduan dark brown dan soft yellow, tergantung dari background yang digunakan. Terdapat aksen tongkat yang dimodifikasi dari huruf L dan I sebagai icon utama yang merupakan ciri khas utama dari karakter “Gembala yang Baik”.
Pada visualisasi karakter, penulis pertama-tama membuat sketsa yang sesuai dengan karakteristik masing-masing karakter. Berikut penjelasan dan pembahasan desain karakter. Pemuda di Kepulauan Sabu Raijua yang berprofesi sebagai gembala kambing. Ia memiliki karakter lemah lembut dan bertanggung jawab. Rambutnya ikal dan kulitnya sawo matang sebagaimana identiknya pemuda di daerah Indonesia Timur. Pipinya kemerahan, dan bentuk dasar wajahnya bulat untuk membuat kesan ramah. Tujuannya dalam film pendek ini adalah mencari dan menyelamatkan Si Kambing Kecil.
Untuk desain si Kambing Kecil, ia adalah kambing paling mungil dari kawanan kambing Sang Gembala yang Baik. Jenis kambing untuk karakter “Si Kambing Kecil” adalah kambing kacang. Hal ini dikarenakan jenis ini paling mudah didapatkan dan dapat dikatakan paling murah harga jualnya dibanding jenis kambing lainnya. Hal ini ingin menekankan unsur seberapa sebenarnya Gembala yang Baik tidak kehilangan sesuatu yang penting jika membiarkan Si Kambing Kecil yang membangkang pergi, namun cinta agape Gembala yang Baik mendorong ia tetap mencari Si Kambing Kecil yang pergi meninggalkan kawanan kambing lain. Tujuan Si Kambing Kecil adalah mencari kebebasan dan bahagia sesuai perasaannya. Desain karakter dari Si Kambing Kecil adalah mungil, dan tampak lincah.
Sementara itu Ajag adalah predator yang berperan singkat yang menjadi karakter antagonis dalam puncak konflik film animasi pendek. Ajag adalah anjing liar yang suka memburu ternak di daerah Indonesia Timur.
Pada film pendek ini, terdapat empat scene utama environment yang penulis buat: yaitu environment saat bagian introduction, dimana meliputi daerah rumah “Gembala yang Baik”, lalu environment perjalanan menuju tempat minum para ternak.Keempat environment tersebut memperlihatkan kejadian yang terjadi di dalam film pendek, dimana setiap environment juga dapat dipakai sebagai pemisah antar adegan.
Scene daerah di sekitar Rumah Gembala adalah scene dengan landscape landai dengan sedikit tumbuh-tumbuhan. Landscape yang cenderung landai juga dimaksud untuk membangun suasana yang tenang, disesuaikan juga dengan tone warna hangat dan paduan kuning soft untuk menandakan awal mula. Scene perjalanan menuju embung dengan landscape landai dengan sedikit tumbuh-tumbuhan. Landscape yang cenderung landai juga dimaksud untuk membangun suasana yang tenang, disesuaikan juga dengan tone warna hangat dan paduan kuning soft untuk menandakan awal mula.
Scene di daerah sekitar jurang gersang, seakan menandakan tidak ada. Lembah di sekitar jurang didominasi bebatuan berbentuk runcing dimaksud untuk membangun suasana yang tegang dan berbahaya, disesuaikan juga dengan tone warna yang mulai gelap dan menakutkan.
Scene pada bagian restorasi menggunakan saturasi tinggi pada titik tempat tumbuhnya pohon kehidupan, dan saturasi rendah di daerah diluar titik pohon kehidupan. Penggunaan warna membangun scene ini tenang, dan berpengharapan baru.
Sedikit tentang proses produksi animasi, semua proses animasi menggunakan teknik 2D frame by frame dengan pengaturan 10 fps. Dimulai dengan melakukan draft animasi mengikuti durasi yang telah dibuat di animatics sebelumnya, lalu melakukan lineart pada layer di atas draft. Lalu dengan menggunakan software Clip Studio Paint Ex, saya menjadikan layer lineart sebagai reference sehingga ketika melakukan block warna seperti sebagai berikut:Setelah itu, background dari Photoshop di import pada layer terakhir, lalu pada objek animasi diberi tambahan lighting dan shadow.
Semua hal ini dilakukan per shot, sehingga shot rampung, keseluruhan shot di import dalam bentuk mp4 sebelum dilakukan tahap compositing di Adobe After Effect.
Ketika masuk ke fase compositing, karena hasil export dari Clip Studio Paint sudah berupa video termasuk render, hanya perlu ditambahkan sedikit adjustment color grading pada beberapa scene, mengatur tempo melalui fitur Time Stretch, lalu memasukan sound effect. Untuk scoring background music penulis memberikannya pada composer. Hasil render final berupa file .mp4 dalam format H264.
Lalu setelah melewati proses-proses tersebutm berikut adalah visualisasi film animasi pendek yang akan terlihat atau mendekati hasil akhir animasi pendek.