The Making of “Serdadu Batu”
SERDADU BATU adalah sebuah film animasi pendek 2 dimensi bergenre drama yang menceritakan tentang Abimanyu, seorang manusia patung tentara di Kota Tua yang bosan dengan kehidupan sehari-harinya. Kota Jakarta yang semakin panas, jumlah pengunjung yang semakin banyak, dan dirinya yang mematung di sudut Kota Tua dengan balutan cat. Hal ini menyebabkan Abimanyu menjadi malas-malasan dalam melakukan pekerjaannya sehingga membuat para pengunjung tidak tertarik menghampirinya. Ia kemudian bertemu dengan Aruna, pengunjung anak kecil yang ceria dan usil. Tanpa disadari, Aruna yang bagai matahari itu pada akhirnya berhasil membangkitkan motivasi Abimanyu untuk kembali bersungguh-sungguh menjadi manusia patung di Kota Tua.
Selain mengenalkan manusia patung yang ada di Kota Tua, film ini juga bertujuan untuk mengingatkan kembali akan salah satu ikon bersejarah di Jakarta, yaitu Kota Tua. Kota Tua menjadi situs warisan yang dilindungi dan dikenang sebagai sejarah terbentuknya Kota Jakarta. Berbagai festival dan pagelaran seni banyak diadakan di Kota Tua, menjadikan Kota Tua sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Hampir setiap tahunnya, jumlah pengunjung di Kota Tua meningkat, baik domestik maupun mancanegara.
Ide dari film SERDADU BATU muncul dari kesukaan penulis terhadap seni peran. Penulis menemukan bahwa manusia patung adalah salah satu pekerjaan yang berani dalam berkarya, mereka menuangkan suatu kreativitas yang unik dengan menjadi beragam karakter dengan kostum dan riasan di seluruh tubuh mereka. Para pengunjung di Kota Tua, dari berbagai kalangan usia, wanita maupun pria, menjadikan manusia patung sebagai obyek foto yang menarik.
Penulis juga melakukan observasi mengenai manusia patung dan bagaimana interaksi mereka dengan para pengunjung. Penulis menemukan bahwa interaksi dengan anak kecil terlihat menarik, di mana anak kecil ini adalah sosok yang memiliki rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi akan sesuatu. Penulis juga melakukan wawancara dengan para manusia patung, meski harus panas-panasan di bawah matahari, para manusia patung tetap senang dapat menghibur pengunjung. Mereka tidak sekadar melakukan pekerjaan, mereka menikmati setiap momen selama menjadi manusia patung.
SERDADU BATU menampilkan berbagai ikon wisata yang ada di Kota Tua, tepatnya di Taman Fatahillah, seperti Museum Fatahillah, jejeran sepeda ontel warna-warni, dan burung dara yang hinggap di atas lampu. Penulis juga menampilkan Stasiun Jakarta Kota sebagai rute keberangkatan dan Lorong Seni Kota Tua tempat para manusia patung berkumpul. Penulis ingin menggambarkan Kota Tua sebagai tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi, maka dari itu penulis menggunakan palet warna split complementer antara biru, oranye, dan hijau, untuk menciptakan suasana yang ceria dan gembira dalam film.
Pada proses pembuatan desain karakter, penulis banyak terinspirasi dari film Despicable Me (Gru dan Agnes), Mosnter Inc. (Sully dan Boo), dan Wreck it Ralph (Ralph dan Vanellope). Penulis ingin menunjukkan perbedaan kepribadian kedua karakter utama dari tinggi dan bentuk tubuhnya. Si manusia patung digambarkan sebagai karakter yang kaku dan kehilangan motivasi, sehingga penulis menggambarkannya dengan postur tubuh tinggi yang terlihat membungkuk. Penulis memilih manusia patung tentara sebagai karakternya karena penulis ingin menggambarkan sosok manusia patung yang dapat diperankan oleh semua orang, bukan tokoh nasional tertentu. Sedangkan si Anak kecil digambarkan sebagai karakter yang ramah, bersahabat, lincah, dan usil, sehingga penulis memilih bulat sebagai bentuk dasarnya. Penulis memilih overall jeans yang terkesan tomboy namun tetap manis untuk dipakai anak perempuan. Warna kuning dan biru terinspirasi dari karakter Minions (Despicable Me) yang ceria dan usil.