The Making of “Pacu Baluluak”
Inspirasi dalam pembuatan animasi pendek ini berawal dari rasa prihatin penulis akan fenomena yang kerap terjadi di kalangan masyarakat Indonesia modern yaitu kurangnya minat mereka kepada budaya tradisional di Nusantara. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk membuat animasi pendek bertemakan Pacu Jawi, salah satu budaya tradisional yang menderita fenomena tersebut. untuk mengingatkan kembali masyarakat akan keindahan budaya Indonesia, sekaligus memperkenalkan media yang masih asing di mata rakyat Indonesia, yaitu, animasi tiga dimensi.
Sebelum terjun memasuki tahap produksi, penulis harus menghadapi proses yang bernama pre-production, yaitu, melakukan brainstorming atau mengumpulkan ide, konsep, dan patokan bagaimana cerita, bentuk dan visual dari film animasi pendek yang bertemakan Pacu Jawi ini akan dibuat. Semua data yang penulis kumpulkan lalu divisualisasikan pada tahap produksi dalam bentuk desain karakter, environment, dan storyboard yang siap untuk diadaptasi ke media tiga dimensi. Menerjemahkan desain dua dimensi ke dalam media tiga dimensi bukanlah pekerjaan yang mudah, karena penulis harus memperhitungkan dan membayangkan kembali shape dari desain yang rata, menuju form yang memiliki isi dan dimensi.
Pada tahap produksi ini pula penulis bereksperimen dalam menciptakan suasana bertanding menjadi lebih immersive dengan memanfaatkan objek environment seperti pohon yang terlihat hidup terhembus angin dan penonton yang terus bersorak di pinggir lintasan. Penulis juga menggunakan gaya animasi semi-realist yang tidak bergerak terlalu ekstrim agar pesan pada setiap gerakan karakter di semua adegan filmnya dapat mudah diikuti dan dicerna. Objek-objek minor seperti rambut, kain pakaian, ikat kepala, tali topi, dan tali kekang sapi juga tidak dibiarkan diam dan kaku, semuanya di-animate secara manual agar objek tersebut terlihat lebih hidup dan interaktif, membantu dalam menciptakan suasana yang immersive tersebut.