The Environments of The Narrator
Let’s talk about the environments! Pada artikel ini penulis akan menjelaskan beberapa hal secara singkat mengenai environment development untuk animasi pendek The Narrator. Pembuatan hutan ini didukung juga oleh aset-aset yang tersedia di Unreal Engine Marketplace yang membantu penulis dalam urusan aset-aset (yang pasti bukan karena malas).
Pembuatan environment ini mengalami tiga perubahan besar khususnya komposisi dan layout dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor composition, storyline dan artistic choice. Perubahan ini juga terjadi pada fase pra-sidang pertama, pra-sidang kedua sampai sidang akhir.
Ide awal dari pembuatan environment berawal dari sebuah konsep awal cerita yang bertema psyhcological horror terinspirasi dari The Blair Witch game. Pembuatan environment ini dilakukan pada periode riset yang sekalian dijadikan sebagai percobaan penulis dalam menggunakan Unreal Engine 4.
Namun pada akhirnya, konsep ini tidak digunakan dikarenakan komplikasi dari penulis baik dari segi teknikal dan non-teknikal. Walaupun begitu, penulis tetap menggunakan hutan sebagai environment utama sehingga membuat penulis untuk mengubah seluruh cerita, yang membuat environment berubah total dalam segi mood.
Dengan perubahan yang cukup banyak ini, penulis akhirnya berhasil mengeluarkan versi final dari forest scene. Konsep estetik dari penulis adalah untuk membuat semua camera shot dapat dijadikan sebagai wallpaper. Maka dari itu, penulis juga mentitik beratkan komposisi kamera agar terlihat enak di mata dan semoga hal ini tercapai dan dapat dirasakan oleh penonton.
Konsep visual untuk The Narrator cukup berbanding terbalik terhadap hasil final ini. Awalnya penulis ingin membuat environment yang mempunyai visual realistik dimana ini yang dilakukan penulis sampai final, namun secara tidak sengaja penulis menggunakan trik filter gallery yang terdapat di Photoshop yang kemudian akhirnya digunakan sebagai filter untuk visual final.
Filter ini merupakan gabungan dari beberapa filter termasuk dengan adjustment layer seperti LUTs, brightness and contrast dan lain-lain. Kemudian dengan menggunakan konsep ini, penulis melakukan render dengan hasil output JPEG dimana kemudian penulis menggunakan fitur automate yang dapat memberikan efek yang sama kepada banyak foto. Hal ini juga menjelaskan penggunaan frame per second yang rendah agar mengurangi waktu render serta ilusi seperti hand painted.