THE MAKING OF “CANGKIR BLIRIK”
“Perubahan tak terhindarkan nanging jatidirining ojo nganti ilang”, salah satu pepatah jawa yang membuat Film Animasi Pendek 2 dimensi yang berjudul CANGKIR BLIRIK merupakan film animasi pendek dengan dialog bahasa jawa yang menceritakan tentang bagaimana seorang anak muda di Kota Solo bernama Bambang Gingseng yang masih mau berkecimpung dalam dunia seni kebudayaan jawa, dengan menjunjung tinggi unggah-ungguh atau yang disebut dengan tata krama. Dengan latar belakang tempat yang ada di Kota Solo, film ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang budaya jawa dan tentang sudut-sudut pariwisata yang ada di Kota Solo.
Konsep serta ide dari pembuatan film animasi pendek Cangkir Blirik ini adalah berawal dari kecintaan saya terhadap budaya dan kesenian jawa terutama di kota kelahiran saya yaitu di Solo, karena saya sangat ingin membuat film animasi yang benar-benar memiliki filosofi. Berada dalam lingkungan yang sangat kental dengan adat dan tradisi jawa membuat saya terlibat dalam banyak kegiatan kesenian yang ada di kota Solo sehingga membuat saya lebih memahami dasar dalam pembuatan film berunsur kebudayaan lokal dalam film animasi pendek Cangkir Blirik.
Melakukan riset langsung di Kota Solo, membaca buku-buku filosofi jawa serta melakukan wawancara kepada salah satu pakar budaya di Solo membuat saya lebih mudah untuk mencari bahan dalam pembuatan cerita. Dalam film ini saya lebih membuat fokus pada environment dibandingan dengan karakter. Environment pada film Cangkir Blirik sesuai dengan tempat aslinya yang ada di Kota Solo dan dibuat secara detail sehingga penonton yang memang berasal dari Kota Solo akan teringat dengan kota kelahirannya.
Character Film Cangkir Blirik
Penulis menggunakan kekuatan visual pada baju lurik serta blangkon yang dimana menggambarkan unsur budaya jawa yang kental. Penggunaan warna hijau dan coklat yang dominan memiliki arti tersendiri , warna hijau yang digunakan penulis untuk baju lurik tokoh menggambarkan suatu harapan Hal tersebut tercermin dari sikap Bambang yang mampu mempertahankan Budaya Jawa ditengah modernisasi masyarakat Solo. Sedangkan untuk karakter Simbok, menggunakan keuatan visual pada baju kebaya dan konde yang digunakan Simbok agar menunjukan kesan budaya Jawa terutama Solo. Warna orange pada baju yang digunakan Simbok melambangkan kepercayaan,kehangatan , keramahan. Hal tersebut tercermin dari sikap dan rasa perhatian Simbok terhadap ananknya yang dimana Simbok menyiapkan sarapan dan selalu menanyakan kabar anaknya.
Disini saya lebih banyak menjelaskan tentang pengalaman saya dalam mengumpulkan data serta riset yang menyenangkan selama pembuatan film animasi pendek Cangkir Blirik. Buatlah sebuah film yang memang anda kuasai topiknya serta buatlah sesuatu yang orisinil dengan tidak lupa mengedepankan budaya yang dimiliki oleh daerahmu ataupun negaramu sendiri. Selamat berkarya!
Penulis,
Shinta Maharani.
Comments :